
JAKARTA, Kasi Formasi - Di jalan KS Tubun, Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa individu menawarkan obat kuat tramadol dengan bebas di area tersebut. Mereka kelihatan tidak peduli pada kondisi sekeliling mereka.
Transaksinya dilakukan di area publik, menggunakan sarana bersama dan jalanan yang ramai dengan beragam kegiatan orang-orang.
Walaupun ada beberapa pedagang kaki lima (PKL) di area tersebut, mereka kelihatan tidak peduli. Justru, sebagian dari pedagang kaki lima itu nampak dekat dan akrab dengan para penjaja tramadol.
Tramadol adalah obat kuat yang dilarang untuk dijual tanpa adanya resep dari dokter karena memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan.
Petugas sering kali mengamankan pedagang obat kuat tersebut. Tetapi, mereka terus bermunculan berulang kali.
Terang-terangan
Pada hari Senin tanggal 5 Mei 2025 sekitar pukul 12:10 Waktu Indonesia Bagian Barat, Kasi Formasi Mengendarai sepeda motor di jalanan KS Tubun yang mengarah dari Pasar Tanah Abang ke Petamburan.
Saat memasuki area jembatan, tampak lima orang di sebelah kanan jalan, yakni empat pria dan satu perempuan. Mereka duduk di balik besi pembatas jalan dengan kursi plastik, tepat di bawah pohon.
Akan tetapi, mereka tidak duduk berdampingan, malah saling menjaga jarak sekitar lima meter antara keduanya.
Pada saat yang sama, seorang pria di bagian paling kanan nampak memakai kaos gelap berlengan pendek, capel, sendal jepit, serta celana jeans. Dia duduk membungkuk dengan tubuhnya bersandar pada pagar pemisah, tepat di atas trotoar sebelah kanan Jalan KS Tubun.
Di tangan kiri pria yang rambutnya sedikit memutih itu, tampak sejumlah obat. Ia menawarkan tramadol kepada seorang pengendara motor yang melambatkan kendaraannya di sisi kanan Jalan KS Tubun.
Di depan Museum Tekstil
Kasi Formasi tetap melajukan kendaraan, lalu memutar balik, kembali ke Jalan KS Tubun dari arah Petamburan menuju Pasar Tanah Abang Blok G.
Tepat di depan Museum Tekstil, seorang pria berkaus abu-abu lengan pendek dan celana pendek berbahan jin tampak berjongkok sambil menyandarkan tubuhnya pada kanstin trotoar.
Saat itu, arus lalu lintas tampak tersendat karena ada JakLingko yang sedang menurunkan penumpang.
Oleh karena itu, para penjual di Jalan KS Tubun arah Pasar Tanah Abang Blok G ini menawarkan tramadol kepada siapa saja yang mendekatinya.
Setelah pria berkaus abu-abu lengan pendek itu, setidaknya ada lebih dari 10 pria yang diduga menjual tramadol secara terang-terangan kepada warga.
Setiap orang tersebut diamati sedang menyimpan beberapa jenis obat keras.
Salah satunya bahkan menunjukkan gerakan menawarkan narkoba ilegal ke pejalan kaki yang lewat, sambil mengangkat tangan seperti ingin menyuruh mereka agar mendekati mereka.
Telapak tangan si pria mengarah ke atas dengan jari-jarinya yang terus bergerak mendekati dirinya secara berulang-ulang.
Pada akhir barisan para pelaku tramerolin tersebut, terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk di sebuah kursi plastik berwarna hitam. Dia memakai kemeja hitam serta kaos di bawahnya dan juga menutup kepala dengan topi warna hitam.
Matanya terus tertuju pada para pedagang, seakan-akan tengah mengawasi.
Tetapi, laki-laki itu tak tampak menggenggam pil tramadol. Dia justru memegang sejumlah uang di tangannya yang kiri, dan telepon genggamnya ada di tangan kanannya.
Target
Pada trotoar di jalur menuju Pasar Tanah Abang Blok G, sejumlah penjual menempati posisi setelah barisan pedagang barang secondhand dan bersanding dengan beberapa PKL lainnya yang menggeluti usaha jualan minuman atau kopi.
Kasi Formasi menghampiri penjual tramadol yang menggunakan kaus abu-abu berlengan pendek.
“Berapaan, Bang?” tanya Kasi Formasi kepada penjual.
“Rp 35.000,” jawab singkat penjual.
“Satu strip tramadol kan?” tanya Kasi Formasi.
“Iya, satu papan (tramadol isi 10 butir),” kata dia.
Walaupun cukup cepat, namun transaksinya masih berlangsung dengan terbuka. Tidak peduli pada pejalan kaki yang melewati ataupun para pengemudi di sekitar sana.
Warga khawatir
Jembatan di mana mereka menjual barang ini menghubungkan Pasar Tanah Abang ke Jalan KS Tubun, lokasi Museum Tekstil Jakarta terletak disana.
Jembatan ini berfungsi sebagai penghubung utama bagi pejalan kaki dan kendaraan yang ingin menuju atau meninggalkan area Pasar Tanah Abang.
Banyak penduduk yang memanfaatkan jembatan ini untuk mencapai Stasiun Tanah Abang atau halte TransJakarta paling dekat.
Seorang warga yang bernama Lita (34) menyatakan rasa ketakutan saat melewati jalur pejalan kaki di Jalan KS Tubun menuju ke arah Pasar Tanah Abang atau Stasiun Tanah Abang.
Sebab, ia harus melewati Museum Tekstil dan jembatan di Jalan KS Tubun untuk menuju Stasiun Tanah Abang dan pulang naik kereta api.
Sementara, di sekitar jembatan ini, sejumlah penjual tramadol kerap menawarkan dagangannya kepada pengguna jalan.
“Kalau dibilang takut, ya takut. Karena kan kita kalau mau berangkat atau pulang kerja lewat sini buat ke Stasiun Tanah Abang,” ujar dia saat ditemui Kasi Formasi.
Di tengah rasa takut itu, terkadang Lita nekat melintas di jalan tersebut. Namun, kadang kala dia memilih naik ojek online (ojol).
“Ya begitu, pakai ojol ya. Kan enak jadi enggak melewati mereka secara langsung. Tapi ya saya sebenarnya enggak tahu itu obat apa,” ucapnya.