• Jelajahi

    Copyright © Kami Kasih Informasi
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Triwulan Ini di 2025, Kasus DBD di Bangka Selatan Berkurang Hingga Setengah Jumlah

    Rabu, 07 Mei 2025, Mei 07, 2025 WIB Last Updated 2025-05-07T07:50:53Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    Kasi Formasi, BANGKA – Sepanjang kuartal pertama tahun 2025, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan penurunan.

    Bukan hanya itu saja, jumlah kematian yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti pun menunjukkan tren yang sama.

    Pergeseran perilaku dan peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya kebersihan lingkungan merupakan penyebab utama dari trend penurunan kasus Demam Berdarah Dengue yang positif.

    Kepala Bagian Pencegahan dan Kontrol Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan, Pengendalian Populasi dan Perencanaan Keluarga yang Terpilih (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin menyebutkan bahwa dalam tiga bulan terakhir ini, jumlah kasus serta kematian karena Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menurun.

    Meski demikian, pengurangan jumlah kasus DBD telah menyentuh angka sebesar 51,61 persen. Di sisi lain, tingkat kematian akibat penyakit DBD juga menunjukkan penurunan hingga lima kasus bila dibandingkan dengan masa yang sama di tahun 2023 silam.

    "Benar bahwa pada tahun 2024 lalu, jumlah kasus DBD meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2025 ini," ungkapnya saat berbicara dengan Kasi Formasi, Senin (5/5/2025).

    Slamet Wahidin melaporkan bahwa dari januari-maret 2025, terdokumentasi sebanyak 32 kasus demam berdarah dengue dan salah satunya mengakibatkan kematian.

    Pada Januari tercatat 13 kasus, di bulan Februari menjadi 16 kasus, serta di bulan Maret hanya ada tiga kasus. Sementara itu, untuk periode yang sama antara Januari hingga Maret tahun 2024 lalu, jumlah kasusnya mencapai 62 dengan enam di antaranya berakibat fatal dan disebabkan oleh Demam Berdarah Dengue (DBD).

    Angka tersebut didistribusikan selama Januari sebanyak 29 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), lalu turun menjadi 26 kasus di bulan Februari, dan menurun lagi menjadi tujuh kasus di bulan Maret. Wilayah dengan peningkatan jumlah kasus tetap tidak berubah, yaitu empat dari delapan distrik yang tersedia.

    Mayoritas kasus DBD tertinggi ada di Kecamatan Toboali, diikuti oleh Kecamatan Airgegas, Kecamatan Payung, dan terakhir Kecamatan Simpang Rimba.

    “Jika dibandingkan kasus DBD tahun 2025 dengan tahun 2024 memang terjadi penurunan. Baik dari segi jumlah kasus maupun kematian,” papar Slamet Wahidin.

    Menurut dia, penurunan kasus demam berdarah disebabkan oleh langkah-langkah penanggulangan yang diterapkan di setiap area tempat munculnya kasus DBD. Ini mencakup mulai dari perawatan pasien sampai kegiatan penyemprotan fogging dan distribusi bubuk abate.

    Pemda terus mendidik warga untuk meningkatkan pemahaman dan keinginan mereka dalam melaksanakan upaya pengendalian demam berdarah dengan membersihkan habitat jentik sendiri.

    Warga perlu sigap dan berperan aktif dalam mendeteksi area pembiakan jentik demam berdarah serta melaksanakan upaya preventif. Metode untuk membasmi sumber nyamuk dapat dimulai dengan langkah-langkah membersihkan sekitar dan menerapkan konsep 3M+. Yakni menyiram tempat penyimpanan air, menaungi wadah-air tersebut, serta membungkus sampah atau benda-benda tak terpakai supaya tidak ada kolam air bersih di saat cuaca hujan.

    Bisa juga menaburkan bubuk abate dalam bak mandi atau kolam dan plusnya menanam tanaman pengusir nyamuk. Sebisa mungkin jangan sampai ada genangan air bersih di sekitar rumah. Karena genangan air jenis tersebut merupakan tempat favorit nyamuk penyebab DBD berkembang biak.

    "Imbasnya pada tahun 2025, kita menyaksikan peningkatan kesadaran publik tentang betapa pentingnya PSN. Seharusnya tidak hanya diperlukan saat musim hujan, namun juga selama musim kemarau karena kebutuhan akan PSN masih ada," jelasnya.

    Meskipun begitu, Slamet Wahidin masih menyarankan untuk tidak lengah dan terus melindungi sekitar serta membasmi tempat perkembangan biaknyamuk.

    Mereka menyarankan agar penduduk melanjutkan penerapan Pembatasan Sosial Bersama di area sekitar tempat tinggal mereka sendiri. Tindakan ini perlu dipertahankan dan berperan sebagai solusi terpenting dalam upaya memutus rantai penyebaran Demam Berdarah Dengue.

    "Pola dan perilaku masyarakat yang kurang baik, terutama dalam hal kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka, dapat memicu peningkatan jumlah kasus DBD," jelas Slamet Wahidin.

    (Kasi Formasi/Cepi Marlianto)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini